Kamis, 20 Oktober 2011

Masa Depan Bukanlah Sesuatu Yang Kita Jalani..... Masa Depan Adalah Sesuatu Yang Kita Bangun

   Foto: Mirel ingin jadi Piot.

Tidak ada bayi laki-laki yang dilahirkan sebagai seorang kriminal atau pemukul istri, demikian pula tak ada bayi laki-laki dilahirkan sebagai juara Olimpiade atau pemimpin bisnis. Tidak ada bayi perempuan dilahirkan sebagai seorang tunasusila atau penyalahguna obat-obatan. Demikian pula, tak ada bayi perempuan dilahirkan sebagai artis atau panutan masyarakat. Tak seorang pun dilahirkan ke dunia ini sebagai si baik atau si buruk.
Menjadi apa seorang anak kelak merupakan hasil pembelajaran tingkah laku yang sebagian besar dipelajari mereka dari orang tua. Pilihan yang anak buat berkaitan dengan apa yang mereka lihat dan pelajari. HARI INI yang akan membentuk hidup mereka ESOK. Keputusan yang diambil anak laki-laki dan perempuan, sebagai hasil dari apa yang mereka pelajari dari kita orang dewasa, berkaitan langsung dengan kesuksesan perjalanan hidup mereka sendiri.
Misi saya melalui orang tua atau anggota parenting adalah untuk membuat semua anak tahu bahwa mereka adalah manusia yang unik, spesial, serta luar biasa dan mereka dapat memiliki tujuan hidup yang berarti.....satu orang dapat membuat perbedaan positif...? Saya ingin setiap anak tahu bahwa ia adalah orang itu. Semua anak berhak dicintai dan dihargai, mereka berhak mendapatkan orang tua yang mendengarkan mereka di saat senang, dan menerima tangis mereka pada saat sulit.
Tidak ada bayi yang dilahirkan untuk menjadi korban penyiksaan atau menderita perlakuan buruk dari orang lain. Tentu saja, tidak ada anak yang berhak menerima penganiayaan yang kejam seperti itu. Jika anda mengetahui ada anak yang disiksa-atau anda mengetahui ada orang yang menyiksa anak- Anda berutang pada masa depan anak itu untuk segera melaporkan orang yang bersalah itu pada pihak yang berwenang. Tindakan jahat seperti itu menyebabkan kehancuran moral dan menuntun pada perubahan peradaban.
Kita sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab dan orang tua yang penuh kasih, harus mendorong bakat dan kemampuan semua anak. Kita seharusnya mengajari mereka cara berpikir sedemikian rupa sehingga menghasilkan pengalaman positif dan menciptakan lingkungan yang berisi cinta, kejujuran, kepercayaan dan kemauan untuk berbagi. Kemudian, dalam rentang satu generasi kita dapat secara positif mengubah masyarakat kita untuk selamanya.
Benih yang kita tabur di  musim ini adalah hasil yang kita panen di musim berikutnya. Anak-anak kita hari ini adalah orang tua, pengusaha dan pemimpin dunia di masa depan. Bersama-sama, anda dan saya, mari kita taburkan benih prestasi, harapan dan keajaiban dalam diri anak-anak kita sekarang sehingga esok kita dapat hidup di dunia di mana ada cinta, rasa hormat dan perhatian di antara sesama. Melalui anak-anak kita, mari kita ciptakan dunia dimana kebahagiaan, kegembiraan dan tawa merupakan bagian alami dari hidup setiap orang.
Bersama-sama orang tua dan anak-anak kita dapat membuat perbedaan positif bagi semua orang.  (***)

Senin, 10 Oktober 2011

Dinas PPO Sikka Gandeng UNICEF Latih Pengelola dan Kader PAUD

n. Gagas Bentuk Forum Advokasi PAUD


Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (PPO) Kabupaten Sikka menggandeng UNICEF menggelar sehari workshop tentang advokasi Forum PAUD pada Senin (10/10/2011) di Hotel Pelita Maumere. Selain menggelar workshop, penyelenggara juga menggelar Pelatihan bagi Kader PAUD binaan UNICEF yang ada di Kabupaten Sikka selama 4 hari sejak tanggal 11 Oktober 2011. Pelatihan ini difasilitasi oleh tiga orang nara sumber atau pelatih yakni Dr. Lies Zakaria, MARS, Dra. Fanny Zefanya, P.si, Yanti Sriyanthi, S.Pd. Workshop dan pelatihan ini dibuka oleh Kepala Dinas PPO Kabupaten Sikka dan dihadiri oleh sejumlah NGO seperti dari Plan Indonesia Unit Sikka dan WVI Sikka.
Di hari pertama, para narasumber juga mempresentasikan tentang perkembangan anak, identfikasi isu PAUD di Kabupaten Sikka, identifikasi masalah dan solusi serta melakukan identifikasi pemetaan jaringan terkait peran dan tugas serta pendataan Tim Forum PAUD. Pada hari kedua, kegiatan dilaksanakan dalam sejumlah agenda seperti pengenalan PAUD Holistik Integrasi, perkembangan otak dan kebijakan PAUD. Para peserta juga terbagi dalam kelompok untuk berdiskusi terkait mimpi PAUD lima tahun ke depan dan bagaimana potret PAUD yang ideal.
Kasubdin PLS Dinas PPO Kabupaten Sikka, Arkadius, mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi para Kader PAUD agar lebih giat mengaktifkan PAUD masing-masing. (***)


Rabu, 05 Oktober 2011

Peran Orang Tua Dalam Perkembangan Anak

Oleh: Silvester Nusa  *)

Foto: Ibu Ignasia Gradiana Nona Tince sedang membimbing anaknya Keiza saat bermain.

Lingkungan pertama yang sangat dekat dengan kehidupan anak adalah rumah. Lingkungan rumah menjadi tempat tumbuh dan berkembang serta tempat belajar bagi anak. Seperti yang diungkapkan oleh Thomas Armstrong, anak memperoleh pengetahuan melalui pengalaman mereka dalam melihat, mendengar, merasakan dan merespon orang-orang dewasa di sekitarnya dengan tanpa sadar. Kualitas interaksi orang tua dan orang-orang sekitar akan sangat menentukan masa depan seorang anak.
J
ika perkembangan seorang anak manusia diibaratkan dengan membangun sebuah rumah, maka fondasi rumah sangat menentukan kekuatan dari tiang-tiang penopang rumah. Fondasi rumah adalah suatu keadaan di mana seorang anak masih berstatus usia dini. Usia dini biasa disebut dengan usia emas. Usia dini menurut definisi global adalah anak-anak usia 0 – 8 tahun. Namun, konsep ini direduksi oleh Pemerintah Indonesia menjadi usia 0 – 6 tahun. Anak usia dini adalah setiap anak mulai dari dalam kandungan atau rahim ibu hingga anak yang berusia 6 tahun. Pada masa usia dini, tingkat pertumbuhan dan perkembangan otak sangat pesat, miliaran sel otak akan saling berangkai satu sama lain bila orang tua memberikan stimulasi yang tepat guna menunjang perkembangan syaraf otak. Jika salah menstimulasi maka akan mempengaruhi perkembangan seorang anak selanjutnya. Karena itu, sejak anak masih berada dalam kandungan, orang tua sudah memiliki tanggung jawab terhadap anak. Seorang anak diibaratkan juga sebagai gelas kosong. Ia belum berisi apapun dan ia siap menerima segala sesuatu yang akan dituangkan kepadanya. Oleh karena itu, orang tualah yang memiliki peran besar untuk mendidik anak, yaitu, mulai dari yang sebelumnya belum tahu menjadi tahu. Jika sebelumnya anak belum bisa dihararapkan akan menjadi bisa.
Untuk mendorong anak menjadi bisa dari yang sebelumnya belum bisa, maka yang perlu diperhatikan adalah pendidikan anak harus dimulai sejak dini, karena usia dua tahun pertama bagi anak merupakan usia yang sangat menentukan. Menurut Amini, pada masa itu kepribadian anak belum terbentuk. Anak siap menerima segala macam bentuk pendidikan. Menurutnya, pada periode ini, seorang anak berada dalam pelukan kasih sayang ibu dan pengawasan ayah. Selain itu, pada masa ini, berbagai potensi yang dimiliki anak mulai berkembang di bawah pengaruh perilaku dan ucapan orang tuanya. Dengan kata lain, perkembangan potensi anak pada usia itu berada di bawah bimbingan orang tua. Seperti apa pendidikan yang diberikan orang tua pada anak di usia ini akan menentukan kepribadian anak di masa depan.

Hal yang harus selalu diingat ketika mendidik anak adalah pengertian bahwa mendidik seorang anak bukan merupakan pekerjaan yang menghabiskan waktu. Terkadang para orang tua yang memiliki kesibukan ekstra dalam hal pekerjaan akan merasa kesulitan. Tidak jarang orang tua merasa bahwa kegiatan mendidik dan membesarkan hanya menjadi penghambat rutinitas. Pengertian itu harus dihilangkan. Keluhan-keluhan dalam mendidik anak tidak akan terjadi jika orang tua mampu membuat kegiatan tersebut sebagai kegiatan yang menyenangkan.

Selanjutnya, Fauzia Azwin, menyatakan, antara orang tua dan anak perlu dibina suatu hubungan yang erat. Hubungan yang erat antara anak dan orang tua sangat dibutuhkan setiap anak untuk mengoptimalkan perkembangan cognitive modifiability, yaitu hubungan antara pengasuh (orang tua) dan anak dapat menjadi usaha untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak. Maksud dari mengoptimalkan perkembangan cognitive modifiablity dalah sebagai berikut; Pertama, memperhatikan seluruh perkembanganyang ada pada anak. Catatlah keunikan-keunikan dan aspek-aspek yang tidak sesuai dengan perkembangan anak pada umumnya. Selain itu, cermati juga perkembangannya secara umum, cara bicara, cara bertingkah, cara berpikir dan sebagainya. Kedua, mengamati hambatan yang dialami anak dalam perkembangannya. Ketiga, jangan segan untuk mendiskusikan masalah anak dengan orang yang lebih tua dan berpengalaman, yakni dengan guru atau pendamping anak anda di sekolah. Keempat, konsultasikan dengan pakar, dokter anak, atau orang yang terpercaya dan dianggap memahami persoalan anak.

Di dalam rumah, orang tua juga harus berperan sebagai model bagi anak. Pada usia dua dan tiga tahun, anak melakukan upaya-upaya peniruan tingkah laku. Peniruan tersebut dilakukan anak dengan melihat model yang ada di sekelilingnya. Orang tua yang merupakan orang terdekat bagi anak, merupakan contoh yang akan ditiru oleh anak. Dalam proses psikologis, peniruan ini disebut dengan identifikasi. Orang tua dapat menjadikan rumah sebagai tempat pembelajaran yang efektf. Selain dengan meniru perilaku orang tua, anak juga bisa memperoleh pembelajaran dari hal-hal lain. Orang tua dapat memberikan pelajaran hidup dengan cara menceritakan sesuatu pengalaman hidup yang bermanfaat pada anak. Orang tua juga dapat mengajak anak untuk menyelesaikan suatu kegiatan bersama-sama. Dengan adanya interaksi antara orang tua dengan anak, maka akan terjalin suatu hubungan harmonis di dalam keluarga. Sebisa mungkin, orang tua harus menciptakan iklim yang positif dan ramah. Dalam studi ilmiah yang diungkapkan Dr. Malak Jurjis, suasana rumah sangat berpengaruh terhadap gejolak emosional anak dan tingkah laku anak. Orang tua memiliki peranan besar dalam membentuk perasaan anak. Menurutnya, orang tua yang tempramental secara tidak langsung telah mendidik anak untuk mudah emosi dan bersikap sembrono. Sementara itu, orang tua yang berjiwa tenang akan mampu mengajari anak menghadapi hidup dengan indah tanpa emosi yang berlebihan. Lebih lanjut, Dr. Malak Jurjis, menyatakan, bahwa gejolak emosional anak merupakan perilaku yang didapat atau dipelajari dari orang tuanya. Semua gejolak emosional anak menunjukan bahwa mereka merupakan korban perlakuan orang tua dan pengaruh tempat mereka tumbuh.

Belajar Sejak Dini
Periode usia balita, merupakan masa yang sangat menentukan bagi pembentukan kecerdasan anak. Masa usia ini biasa disebut dengan istilah golden years period atau golden age yang artinya usia emas. Orang tua diharapkan dapat memanfaatkan masa usia ini dengan sebaik-baiknya. Yaitu, dengan cara membantu perkembangan seluruh potensi yang dimiliki anak. Belajar pada usia dini dapat dilakukan dengan cara yang menyenangkan. Mengingat usia anak masih dini, maka kegiatan belajar pada usia ini sebaiknya dilakukan melalui permainan. Hal itu tidak terlepas dari segi keamanan dan kenyamanan anak. Selain itu, belajar sejak dini, jiga bisa dilakukan dengan cara menceritakan segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Tema cerita dibuat sesederhana mungkin agar anak lebih mudah memahami. Di sela-sela cerita, biarkan anak mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang menarik perhatiannya. Tanya jawab antara anak dengan orang tua merupakan sebuah interaksi yang sangat baik bagi perkembangan anak.

Belajar sejak dini juga bisa dilakukan dengan cara membuat hasil karya sederhana. Jika anak mampu menyelesaikan hasil karyanya, hendaknya orang tua memberikan apresiasi. Hal itu akan menumbuhkan rasa percaya diri anak. Di samping itu, yang perlu diperhatikan adalah perlunya menstimulasi rangsangan sejak dini. Dalam hal menstimulasi, orang tua harus menyadari perannya sebagai pendidik. Sebagai pendidik, orang tua didorong untuk mengembangkan kemampuan bayinya untuk berbicara. Hal ini membutuhkan cara dan pendekatan tersendiri karena tidak semua orang tua bisa mengetahui cara pengasuhan yang baik yang diberikan kepada anaknya. Untuk mendorong setiap orang tua menyadari perannya tersebut maka sangat penting dilakukan pendidikan keorangtuaan atau yang biasa disebut dengan Pendidikan Pengasuhan sebagaimana yang akhir-akhir ini dilakukan oleh Plan Indonesia Unit Sikka di 40 Posyandu yang tersebar di 13 desa plot Kabupaten Sikka sejak bulan April 2011 lalu. Melalui Pendidikan Pengasuhan atau Parenting ini, sebanyak 30 orang tua bayi balita di setiap posyandu melakukan diskusi atau sharing pengalaman bagaimana mengasuh anak sejak dalam kandungan hingga berusia 6 tahun bahkan hingga 18 tahun. Karena kualitas atau mutu anak sangat ditentukan oleh seberapa besar kwalitas pengasuhan di rumah. Melalui Program Parenting ini, orang tua bayi balita usia 0 – 6 tahun saling berdiskusi tentang pola asuh yang bisa mendukung anak untuk sukses di sekolah dan kehidupan selanjutnya karena pada dasarnya anak adalah anugerah dari sang pencipta. Orang tua yang melahirkan anak harus bertangung jawab terutama dalam soal mendidiknya, baik ayah sebagai kepala keluarga maupun ibu sebagai pengurus rumah tangga. Keikutsertaan orang tua dalam mendidik anak merupakan awal keberhasilan orang tua dalam keluarganya apabila sang anak menuruti perintah orang tuanya terlebih lagi sang anak menjalani didikan sesuai dengan perintah agama dan adat.

Pendidikan Moral
Kita perlu mengetahui bahwa bobroknya moral seorang anak dan remaja bisa diakibatkan salah satu kesalahan dari orangtuanya seperti dalam hal mendidik anak terlalu keras. keluarga yang sedang bermasalah (broken home). Hal tersebut dapat membuat anak menjadi orang yang temperamental. Kebanyakan dari orang tua tidak memikirkan hal ini, mereka berasumsi jika mereka menjalani hidup sebagaimana yang sedang mereka jalani, peran pengasuhan akan terus dengan sendirinya.

Dalam era modernisasi sekarang ini, peran penting orang tua sangat dibutuhkan. Berkenaan dengan perkembangan kecanggihan teknologi. Sesuatu yang tidak dapat dihindari bahwa teknologi berkembang dengan pesat sehingga penggunaannya banyak digunakan tidak semestinya, Teknologi IT yang paling sering digunakan para anak muda sekarang adalah akses internet yang mudah ditemui, padahal pemerintah sudah mengeluarkan undang-undang anti pornoaksi dan pornografi tapi masih saja mereka kerap mengakses konten yang berbau negatif. Yang jelas dapat merusak moral sang anak. Teknologi canggih yang semestinya diciptakan untuk menambah wawasan malah berakibat pada moral yang jelek.

Pergaulan merupakan interaksi antara beberapa orang baik berupa kekeluargaan, organisasi, ataupun masyarakat. Melalui pergaulan kita akan berkembang karena jadi tahu tentang tata cara bergaul. Sehingga menjadikan individu yang bersosial karena pada dasarnya manusia memang makhluk sosial. Namun pergaulan di era modernisasi ini telah banyak disalah artikan terutama di kalangan anak muda. Sekarang kata-kata pergaulan bebas sudah tidak asing lagi didengar oleh siapapun dan jelas termasuk dalam kategori pergaulan yang negati.

Pergaulan yang negatif adalah salah satu dari sekian banyak penyebab kehancuran sang anak. Saat ini dapat kita lihat banyaknya sistem pergaulan kawula muda yang mengadopsi gaya ala barat (westernisasi) dimana etika pergaulan ketimuran telah pupus, mungkin anda pernah atau bahkan sering mendengar kata-kata MBA (married by accident). MBA tampaknya sudah menjadi tren di kalangan remaja dimana melakukan hubungan seks sebelum menikah banyak dilakukan pada saat pacaran. Anak-anak muda sudah menganggap tradisi ini hal yang biasa dilakukan pada saat pacaran bahkan ada yang tidak segan-segan untuk merekam adegan mesum tersebut untuk disebarkan dan ditonton di khalayak ramai. Apakah ini bukan kehancuran bagi sang anak?. Jawabannya tentu saja iya.

Satu lagi permasalahan yang sering ditakuti oleh orang tua yaitu narkoba, sudah jelas barang haram ini dikategorikan sebagai barang berbahaya dan terlarang yang bisa merusak generasi muda. Narkoba menjadi jurang kehancuran bagi sang anak. Ironisnya memakai barang haram ini juga sudah menjadi tren remaja sekarang dengan anggapan bila mengkonsumsi barang ini akan menjadi senang atau yang dikenal dengan bahasa gaulnya (fly). Padahal sudah jelas menurut kesehatan mengkonsumsi barang-barang sejenis narkoba sangat merusak kesehatan terutama pada sistem syaraf apalagi dengan mengkonsumsi barang ini akan membuat ketagihan dan ketergantungan, ini sungguh menakutka.

Apakah kita sebagai orang tua ingin melihat anak hancur masa depannya karena kesalahan yang tidak semestinya terjadi?
Di sinilah peran penting orang tua dalam mengontrol dan mengawasi sang buah hati. Menjadi orang tua bukan soal siapa kita, tetapi apa yang dilakukan. Pengasuhan tidak hanya mencakup tindakan tetapi mencakup pula apa yang kita kehendaki agar sang buah hati kita mengerti akan hidup. Apa artinya hidup dan bagaimana menjalani kehidupan ini dengan baik.

Semua pasti ingin menghendaki hal yang terbaik untuk anak-anaknya. Orang tua ingin mendisiplinkan, mendorong, dan menasihati agar mereka berhasil menjalani kehidupan sedari kanak-kanak hingga sampai dewasa. Orang tua harus menjadi yang terbaik dalam hal apapun. Banyak orang tua ingin mendorong anaknya untuk melakukan hal yang terbaik dalam kehidupannya. Termasuk ingin membuat buah hatinya untuk bebas mengeluarkan dan menggali bakat dan minat yang dimiliki sang anak.

Hal yang semestinya dipahami adalah banyak anak mengalami kesulitan untuk membedakan antara menerima atau menolak tindakan atas apa yang mereka lakukan. Misalnya saja penerimaan orang tua terhadap prestasi yang dimiliki atau dicapai anak bisa dianggap anak sebagai rasa cinta orangtua kepadanya,tetapi penolakan yang dilakukan orang tua terhadap tindakan yang dilakukan anak membuat anak beranggapan mereka tidak dicintai dan disayangi lagi. Setiap anak perlu tahu kalau mereka disayangi dan dicintai orang tua dengan sepenuh hati, meskipun sebaliknya, setiap orang tua harus mencintai dan menyayangi sang buah hati tanpa syarat apapun, baik buruknya sifat maupun sikap yang dimiliki sang buah hati, mereka harus menerima kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh anak.
 
Semua anak ingin diperhatikan kedua orang tuanya. Pernyatan ini sangat sederhana bagi kita semua, tetapi sifatnya fundamental bagi kedua orang dalam mengasuh buah hati mereka. Karenanya dalam pola pengasuhan sebaiknya setiap orang tua tidak boleh membedakan anak satu sama lain.

Kita juga tidak semestinya membedakan buah hati mereka, baik dalam mendidik maupun memberikan perhatian kepada sang anak. Harus ada rasa keadilan, tidak boleh pilih kasih, karena akan menimbulkan kecemburuan diantara anak. Yang ditakutkan nanti akan membuat anak menjadi rusak, bahkan berpikir kalau mereka tidak disayangi lagi, bahkan ada anak yang beranggapan kalau mereka itu bukan anak dari orang tua mereka sendiri, karena selalu dibeda-bedakan dengan yang lainnya.

Orang tua tidak seharusnya memperlihatkan emosi yang negatif kepada anak-ananya. Ketidakmampuan setiap orang tua dalam mengontrol emosi membuat anak menjadi temperamental dan mempunyai sifat maupun sikap yang buruk yaitu mudah emosional. Akibatnya orang tua yang demikian tidak bisa menjadi model atau peran yang baik untuk anak-anaknya dalam mengontrol anak dan mengasuh buah hatinya. Tujuan orang tua sebenarnya untuk mengkomunikasikan kepada buah hatinya bahwa mereka memiliki hak untuk merasakan apapun yang mereka rasakan, Mengajari sang buah hati untuk menghargai dan menikmati setiap saat dalam kehidupan sehingga mampu memberi motivasi kepada anak dalam mencegah serta menghadapi masalah yang mereka hadapi kedepan.

Terkadang orang tua sering lupa untuk berinteraksi dengan anak- anaknya. Ada diantara mereka yang lebih mementingkan pekerjaan dari pada melakukan hal itu. Bagi mereka hal itu tidak perlu dilakukan. Mereka beranggapan bahwa materi yang dibutuhkan anak, Padahal seorang anak tidak hanya membutuhkan materi namun juga perhatian dan interaksi dengan orangtuanya. Mereka membutuhkan komunikasi dengan orang tuanya, mereka juga ingin bertukar pikiran dengan orang tuanya. Mereka ingin menceritakan pegalaman apa yang mereka rasakan sehari-hari baik itu pangalaman yang baik maupun pengalaman yang buruk.

Nah, sekarang untuk lebih memahami tentang siapakah anak, mari kita merenungi puisi yang ditulis oleh Dorothy berikut ini; Jika anak hidup dengan kritikan,ia akan belajar untuk mengutuk. Jika anak hidup dengan kekerasan, ia akan belajar untuk melawan. Jika anak hidup dengan ejekan, ia akan belajar untuk menjadi pemalu. Jika anak hidup dengan dipermalukan, ia akan belajar merasa bersalah .Jika anak hidup dengan toleransi, ia akan belajar bersabar. Jika anak hidup dengan dorongan, ia akan belajar percaya diri. Jika anak hidup dengan pujian, ia akan belajar untuk menghargai. Jika anak hidup dengan tindakan yang jujur, ia akan belajar tentang keadilan. Jika anak hidup dengan rasa aman, ia akan belajar untuk mempercayai. Jika anak hidup dengan persetujuan, ia akan belajar untuk menghargai dirinya. Jika anak hidup dengan penerimaan dan persahabatan, ia akan belajar untuk menemukan cinta di muka bumi ini.

Anak-anak usia dini adalah peniru yang luarbiasa…. Apapun yang mereka lihat, yang mereka dengar dan mereka rasakan akan terekam kuat di kepala mereka.  Mereka selalu berusaha untuk mengulang kembali pengalaman yang mereka alami. Dibalik wajah polos dan lugu mereka, tersimpan banyak sekali potensi untuk berkembang menjadi orang yang baik dan juga potensi untuk berkembang menjadi orang yang jahat.  Guru PAUD adalah salah satu peran yang sangat penting dalam masa-masa awal hidup seorang anak, seberapa kuat pembentukan karakter dan kepribadian yang bisa dilakukan oleh Guru PAUD akan menjadi landasan untuk perkembangan anak selanjutnya baik di sekolah maupun di kehidupannya. (***)

*)> Penulis aktifis Perlindungan Anak tinggal di Maumere, Flores.

Minggu, 02 Oktober 2011

Bahagia Berada Di Kamar Sri Paus Yohanes Paulus II


 foto: Silvester Nusa saat berada di Kamar Sri Paus Yohanes Paulus II.
MINGGU, 25 September 2011 tepatnya Pkl 16.00 wita atau jam 4 sore waktu Flores, saya menjejakan kaki di Kamar almarhum Sri Paus Yohanes Paulus II. Kamar ini berada di bagian Timur gereja yang berada di kompleks Seminari St. Petrus Ritapiret, Sikka. Saya datang ke sini bersama sobat saya Yanti dan kami diantar oleh Om Yap, petugas security seminari. Bagi saya seorang awam, ketika memasuki halaman seminari, kesan pertama yang ditemui adalah ketenangan dan kedamaian. Ini adalah pengalaman pertama saya memasuki kompleks kaum rohaniawan. Untuk mencapai kamar Sri Paus, kita harus melewati pintu utama lalu menaiki tangga menuju gereja dan sesampainya di gereja, kita membelok ke arah Kanan yang berbaris sejajar. Saat tiba di depan kamar, pintunya masih terkunci, Om Yap yang mengantar kami lalu membukakannya. Saya lalu membuka sepatu agar lebih sopan masuk ke dalam kamar tersebut.
Betapa bahagianya saya ketika berada di kamar tersebut. Bayangan saya sepertinya berada di Roma dan saya pun sedikit berkhayal seolah telah masuk Surga karena saat ini Sri Paus Yohanes Paulus II telah ditetapkan sebagai Beato, sahabat Para Kudus di Surga. Saya datang ke kamar ini karena sebelumnya mendapatkan informasi dari Bapak Rafael asal Moru, Kalabahi-Alor dan teman saya Gustaf Laukari. Keduanya pada bulan Juni lalu mampir di Seminari Ritapiret ini dan berdoa di kamar tersebut. Bapak Rafael saat itu bercerita tentang kebahagiaannya bisa berada di kamar Sri Paus. Ceritanya lalu menggerakan nurani saya untuk menyiapkan waktu agar bisa datang ke kamar tersebut dan saya pun sudah melakukannya seminggu yang lalu. Saya menjadi kaget kalau kamar Sri Paus kondisinya seperti itu saja. Kesan sederhana nampak dalam ruangan tersebut. Ketika masuk, sebuah karpet hijau terbentang di lamtai dan di kedua sudut bagian depan berdiri Patung Bunda Maria dan Patung Santo Yosep, sedangkan di bagian tengahnya ada altar kecil. Tersedia lilin dan korek api bagi pengunjung untuk berdoa. Ada pot bunga dan kursi lipat di belakang altar kecil. Saya pun tak menyia-nyiakan waktu. Saya duduk bersila di lantai lalu berdoa meminta bantuan Beato Yohanes Paulus II untuk menyampaikan kepada Yesus atau Bunda Maria agar bisa mengabulkan permohonan saya. Saya sangat yakin bahwa doa terkabul karena Beato Yohanes Paulus II adalah sahabat Yesus yang pasti suaranya didengar dan hasilnya aspirasi kita bisa terkabul.
Usai doa, saya pun masuk ke ruangan dalam. Ada dua pintu untuk bisa masuk ke dalam ruangan itu. Di ruangan dalam ada tiga kursi sofa sederhana berwarna oranye. Dari ketiga kursi sofa tersebut, ada satu kursi yang saya anggap spesial dan mungkin ini yang pernah diduduki oleh Sri Paus saat menginap di kamar tersebut ketika berkunjung di Maumere tahun 1989 silam. Kursi itu terbuat dari kayu jati dengan sponnya berwarna oranye. Di bagian tengahnya ada meja kecil yang ditutupi taplak meja bermotif batik. Selain itu, ada dua pintu pada kedua sisi kamar ruangan tersebut. Satu kamar berada di bagian Utara dalam keadaan tertutup dan satunya bagian Selatan. Saya lalu mencoba membukakannya. Sebuah tempat tidur dengan seperei putih dan bantal peluk diletakan di balik seperei. Saya pun melangkahkan kaki ke dalamnya. Rasa takut, cemas dan seribu perasaan lainnya berkecamuk dalam hatiku. Jangan sampai pihak Seminari melarang pengunjung untuk masuk ke kanar tersebut. Tapi mungkin dugaan saya meleset karena pintu itu dibiarkan terbuka yang mungkin sudah dibukakan sebelumnya oleh Om Yap dan diperuntukan bagi pengunjung untuk melihatnya. Di Kamar Sri Paus juga dilengkapi dengan satu kamar toilet dengan alas kaki yang sangat sederhana. Ada sebuah lemari putih dan  dua kursi kayu serta meja kecil berwarna putih di letakan dekat jendela menghadap ke arah tempat tidur Paus yang berwarna putih tersebut. Hati saya terasa haru karena kamar seorang Paus ternyata lebih sederhana dengan kamar di hotel-hotel atau mungkin kamar kost miliknya mahasiswa.
Di kamar ini juga tidak terlihat TV, ya... mungkin Paus lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berdoa. Di kamar ini juga tak ada tulisan yang bisa menceritakan kehidupan seorang Paus kecuali gambar Paus yang sedang mengangkat tangan memberkati Kota Roma yang terpajang di dinding ruang depan yang menghadap pintu kamar bagian luar.
Saya sungguh merasa beruntung bisa masuk ke Kamar Paus Yohanes Paulus II. Walaupun belum sampai ke Vatikan tapi kamar Paus sudah saya masuki. Bagi kita yang orang kecil dan jarang bergaul dengan para seminarian atau biarawan, berada di kamar Paus adalah pengalaman yang indah dan menyenangkan. Perasaan ini tentu berbeda dengan perasaan para penghuni di Seminari St. Petrus Ritapiret karena keseharian mereka selalu melihat kamar tersebut dan menganggapnya suatu hal yang biasa saja. Karenanya, saya menganggap perlu untuk berbagi pengalaman ini kepada semua orang. Bila ingin berdoa melalui perantaraan Beato Sri Paus Yohanes Paulus II, silahkan datang di Seminari Ritapiret. Di seminari ini, kita diterima oleh para penghuninya yang sangat ramah. Senyum mereka membuat kita betah berada di kompleks seminari.  (***)

Mengenang Kisah Hidup Paus Yohanes Paulus II

  Foto: Silvester Nusa berdiri di samping kursi Paus Yohanes Paulus II di Seminari St. Petrus Ritapiret.

NAMA aslinya adalah Karol Yisef Wojtyla. Ia dilahirkan pada tanggal 18 Mei 1920 di sebuah kota kecil bernama Wodowice yang jaraknya sekitar 50 Km dari Cracelia, Polandia. Karol adalah anak kedua dari dua orang anak. Ayahnya bernama Karol Wojtyla seorang pensiunan tentara Polandia dan ibunya bernama Emilia Kaczorowska berkebangsaan Litunia. Ibunya meninggal tahun 1929 dan ayahnya meninggal tahun 1941, sementara kakaknya Edward yang adalah seorang dokter juga meninggal tahun 1932 lebih dahulu dari ayahnya.
Pada usia 9 tahun Karol menerima komuni pertama atau sambut baru dan pada usia 18 tahun menerima Sakarmen Krisma. Ia mengakhiri studi di SMA Marcin Wadowita tahun 1939 dan selanjutnya masuk Universitas Jagellonica di Cracovia. Ketika kekuatan Nazi menguasai negaranya hingga menutupi universitas tahun 1939, Karol muda mengikuti kerja paksa dari tahun 1940 – 1941 di sebuah tempat penggalian batu pada pabrik kimia sotvay untuk menghindari deportasi  atau pengiriman ke Jerman. Pada tahun 1942, Karol merasakan adanya panggilan menjadi imam. Ia lalu masuk seminari secara rahasia di Cracovia yang dipimpin oleh Kardinal Adam Stefan Sapieha. Setelah perang usai, Karol melanjutkan studinya di Seminari Tinggi Cracovia yang baru dibuka kembali pada Universitas Jagellonica pada Fakultas Teologi hingga dithabiskan menjadi imam pada 1 November 1946 di Cracovia.
Pada tahun 1948, ia dipanggil oleh Kardinal Sapieha untuk mengikuti ujian doktoralnya di bidang teologi dengan tesis “Iman Menurut Karya-Karya Yohanes Dari Salib”. Di Roma ia juga membantu di paroki khusus bagi para imigran Polandia, Perancis, Belgia dan Belanda. Tahun yang sama (1948) Karol kembali ke Polandia dan menjadi Pastor Pembantu di Paroki San Florianus, Niegowic, dekat dari Cracovia. Di paroki ini ia bekerja sebagai pastor pembantu hingga tahun 1951 dan setelah itu ia kembali studi di bidang filsafat teologi. Tahun 1953, Karol masuk Universitas Katolik Lublino dan menulis tesisnya tentang “Kemungkinan Mendasarkan Satu Etika Kristen Dengan Pendekatan Etika Max Scheler”. Tak lama kemudian, Karol menjadi dosen teologi moral dan etika di Seminari Tinggi Cracovia dan Fakultas Teologi di Luvino.
Pada 4 Juli 1958, ia mendapat berita pengangkatannya sebagai Uskup Auksilier oleh Paus Pius XII dan pada tanggal 28 September 1958 dithabiskan menjadi Uskup Baziak.
Pada tanggal 13 Januari 1964 ia diangkat lagi menjadi Uskup Agung oleh Paus Paulus VI di keuskupan dan pada tanggal 26 Juni 1967 Karol diangkat menjadi Kardinal oleh Paus Paulus VI. Pada 16 Oktober 1978, Karol dipilih menjadi Paus menggantikan Paus Yohanes Paulus I yang menjabat sebagai Paus selama 33 hari (dipilih menjadi Paus pada tanggal 26 Agustus 1978 dan meninggal pada tanggal 28 September 1978). Sejak Paus Adriano VI, dalam jangka waku 445 tahun tidak ada paus dari luar kota Roma. Ia adalah Paus pertama dari luar kota Roma selama 445 tahun.
Pada tanggal 10 Juni 1979, ia mengunjungi tanah kelahirannya di Polandia dan menyemangati gerakan Solidaritas di Polandia. Pada 13 Mei 1981, Karol hampir terbunuh oleh tembakan seorang Turki bernama Mehmet Ali Agca. Pada tanggal 27 Desember 1983, ia mengunjungi Mehmet Ali Agca di Penjara Roma dan memberikan pengampunan atas perbuatan Mehmet. Paus Yohanes Paulus II adalah Paus ke-264 dari pengganti tahta St. Petrus di Roma.
Pada tahun 1989, ia mengunjungi beberapa keuskupan di Indonesia yaitu Jakarta, Semarang, Medan, Ende (Maumere) dan Dili. Terima kasih Bapak Suci atas perkenaan untuk menginjak dan mencium tanah air Indonesia. Dan....pada Sabtu, 2 April 2005 tepat Pkl 21.37 waktu Roma atau Minggu, 3 April 2005 Pkl 3.37 wita, Paus Karol meninggal dunia di Vatikan Roma dengan masa kepemimpinannya 26 tahun. Ia adalah Paus ketiga yang paling lama masa kepemimpinannya dalam sejarah Gereja. (***)