Minggu, 02 Oktober 2011

Bahagia Berada Di Kamar Sri Paus Yohanes Paulus II


 foto: Silvester Nusa saat berada di Kamar Sri Paus Yohanes Paulus II.
MINGGU, 25 September 2011 tepatnya Pkl 16.00 wita atau jam 4 sore waktu Flores, saya menjejakan kaki di Kamar almarhum Sri Paus Yohanes Paulus II. Kamar ini berada di bagian Timur gereja yang berada di kompleks Seminari St. Petrus Ritapiret, Sikka. Saya datang ke sini bersama sobat saya Yanti dan kami diantar oleh Om Yap, petugas security seminari. Bagi saya seorang awam, ketika memasuki halaman seminari, kesan pertama yang ditemui adalah ketenangan dan kedamaian. Ini adalah pengalaman pertama saya memasuki kompleks kaum rohaniawan. Untuk mencapai kamar Sri Paus, kita harus melewati pintu utama lalu menaiki tangga menuju gereja dan sesampainya di gereja, kita membelok ke arah Kanan yang berbaris sejajar. Saat tiba di depan kamar, pintunya masih terkunci, Om Yap yang mengantar kami lalu membukakannya. Saya lalu membuka sepatu agar lebih sopan masuk ke dalam kamar tersebut.
Betapa bahagianya saya ketika berada di kamar tersebut. Bayangan saya sepertinya berada di Roma dan saya pun sedikit berkhayal seolah telah masuk Surga karena saat ini Sri Paus Yohanes Paulus II telah ditetapkan sebagai Beato, sahabat Para Kudus di Surga. Saya datang ke kamar ini karena sebelumnya mendapatkan informasi dari Bapak Rafael asal Moru, Kalabahi-Alor dan teman saya Gustaf Laukari. Keduanya pada bulan Juni lalu mampir di Seminari Ritapiret ini dan berdoa di kamar tersebut. Bapak Rafael saat itu bercerita tentang kebahagiaannya bisa berada di kamar Sri Paus. Ceritanya lalu menggerakan nurani saya untuk menyiapkan waktu agar bisa datang ke kamar tersebut dan saya pun sudah melakukannya seminggu yang lalu. Saya menjadi kaget kalau kamar Sri Paus kondisinya seperti itu saja. Kesan sederhana nampak dalam ruangan tersebut. Ketika masuk, sebuah karpet hijau terbentang di lamtai dan di kedua sudut bagian depan berdiri Patung Bunda Maria dan Patung Santo Yosep, sedangkan di bagian tengahnya ada altar kecil. Tersedia lilin dan korek api bagi pengunjung untuk berdoa. Ada pot bunga dan kursi lipat di belakang altar kecil. Saya pun tak menyia-nyiakan waktu. Saya duduk bersila di lantai lalu berdoa meminta bantuan Beato Yohanes Paulus II untuk menyampaikan kepada Yesus atau Bunda Maria agar bisa mengabulkan permohonan saya. Saya sangat yakin bahwa doa terkabul karena Beato Yohanes Paulus II adalah sahabat Yesus yang pasti suaranya didengar dan hasilnya aspirasi kita bisa terkabul.
Usai doa, saya pun masuk ke ruangan dalam. Ada dua pintu untuk bisa masuk ke dalam ruangan itu. Di ruangan dalam ada tiga kursi sofa sederhana berwarna oranye. Dari ketiga kursi sofa tersebut, ada satu kursi yang saya anggap spesial dan mungkin ini yang pernah diduduki oleh Sri Paus saat menginap di kamar tersebut ketika berkunjung di Maumere tahun 1989 silam. Kursi itu terbuat dari kayu jati dengan sponnya berwarna oranye. Di bagian tengahnya ada meja kecil yang ditutupi taplak meja bermotif batik. Selain itu, ada dua pintu pada kedua sisi kamar ruangan tersebut. Satu kamar berada di bagian Utara dalam keadaan tertutup dan satunya bagian Selatan. Saya lalu mencoba membukakannya. Sebuah tempat tidur dengan seperei putih dan bantal peluk diletakan di balik seperei. Saya pun melangkahkan kaki ke dalamnya. Rasa takut, cemas dan seribu perasaan lainnya berkecamuk dalam hatiku. Jangan sampai pihak Seminari melarang pengunjung untuk masuk ke kanar tersebut. Tapi mungkin dugaan saya meleset karena pintu itu dibiarkan terbuka yang mungkin sudah dibukakan sebelumnya oleh Om Yap dan diperuntukan bagi pengunjung untuk melihatnya. Di Kamar Sri Paus juga dilengkapi dengan satu kamar toilet dengan alas kaki yang sangat sederhana. Ada sebuah lemari putih dan  dua kursi kayu serta meja kecil berwarna putih di letakan dekat jendela menghadap ke arah tempat tidur Paus yang berwarna putih tersebut. Hati saya terasa haru karena kamar seorang Paus ternyata lebih sederhana dengan kamar di hotel-hotel atau mungkin kamar kost miliknya mahasiswa.
Di kamar ini juga tidak terlihat TV, ya... mungkin Paus lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berdoa. Di kamar ini juga tak ada tulisan yang bisa menceritakan kehidupan seorang Paus kecuali gambar Paus yang sedang mengangkat tangan memberkati Kota Roma yang terpajang di dinding ruang depan yang menghadap pintu kamar bagian luar.
Saya sungguh merasa beruntung bisa masuk ke Kamar Paus Yohanes Paulus II. Walaupun belum sampai ke Vatikan tapi kamar Paus sudah saya masuki. Bagi kita yang orang kecil dan jarang bergaul dengan para seminarian atau biarawan, berada di kamar Paus adalah pengalaman yang indah dan menyenangkan. Perasaan ini tentu berbeda dengan perasaan para penghuni di Seminari St. Petrus Ritapiret karena keseharian mereka selalu melihat kamar tersebut dan menganggapnya suatu hal yang biasa saja. Karenanya, saya menganggap perlu untuk berbagi pengalaman ini kepada semua orang. Bila ingin berdoa melalui perantaraan Beato Sri Paus Yohanes Paulus II, silahkan datang di Seminari Ritapiret. Di seminari ini, kita diterima oleh para penghuninya yang sangat ramah. Senyum mereka membuat kita betah berada di kompleks seminari.  (***)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar