Foto: Suasana Seminar Menggagas Masa Depan Nagekeo. Nampak Bupati Drs. Yohanes Samping Aoh, Ketua DPRD, Gaspar Batu Bata, SH serta pemateri lainnya.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia, menjadi fokus pembangunan pendidikan pada saat ini dan masa yang akan datang. Kunci keberhasilan masa depan pendidikan Nagekeo yang berkualitas, tentu ada pada kualitas penyelenggaraan pendidikan menjadi salah satu factor penentu. Sebab dalam 8 agenda pembangunan Kabupaten Nagekeo tahun 2008-2013, telah menempatkan ‘Peningkatan kualitas sumber daya manusia’ pada poin pertama.
Menurut Bupati Nagekeo, Johanes Samping Aoh, pada acara Seminar Sehari tentang menggagas masa depan pendidikan Nagekeo, bekerja sama dengan Plan Indonesia Nagekeo, pada pertengahan Juni lalu, bahwa melalui pendidikan, manusia dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki, yakni potensi jiwa (emotional quality dan spiritual quality), potensi daya pikir (intelektual quality), dan potensi fisik.
Pendidikan dapat memberikan dampak yang besar dalam menghadapi berbagai persoalan hidup. Karena pendidikan dapat membekali manusia menjadi pribadi yang memiliki kompetensi untuk bersaing. Maka pendidikan mutlak diperlukan dan investasi hidup bagi setiap orang.
Bupati Aoh juga mengatakan, saat ini tidak bisa dipungkiri karena dengan meningkatnya kualitas pendidikan telah mengubah dan membawah masyarakat untuk hidup lebih sejahtera. “Lantas bagaimana pendidikan yang ada di Kabupaten Nagekeo saat ini? Apakah kualitasnya sudah membaik atau masih jauh tertinggal? Seperti yang kita ketahui bersama bahwa kondisi pendidikan formal dan non formal di Kabupaten Nagekeo berjalan cukup pesat sejak pemekaran kabupaten. Hal ini ditandai dengan pencapaian prosentase kelulusan siswa, baik sekolah dasar, maupun sekolah menengah yang semakin membaik dari tahun ke tahun, “jelas Bupati Aoh.
Lanjut Bupati, dengan prestasi yang demikian baik, maka perlu disyukuri dan dipertahannkan. Bukan hal yang mudah, mengingat ada begitu banyak factor yang mempengaruhi peningkatan kualitas pendidikan apabila tidak ditingkatkan.
Kata Bupati Aoh, dalam studi yang dilakukan UNESCO menunjukan beberapa unsure yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan mutu pelayanan pendidikan, yaitu ;pertama, kaderisasi tenaga dan pimpinan lembaga pendidikan. Dalam mewujudkan mutu pendidikan yang baik, diperlukan rencana kerja yang cukup efektif, demi mempersiapkan pendidikan yang bermutu. Kedua, bagaimana mengelola sumber-sumber yang ada. Sumber-sumber tersebut adalah siswa, dana, dan fasilitas. Pemain utama dalam urusan pendidikan adalah siswa. Memberikan pendidikan yang berkualitas secara maksimal merupakan suatu perwujudan pemenuhan hak-hak anak. Persoalan yang sering muncul dan menjadi isu bersama adalah masalah biaya. Biaya pendidikan anak merupakan bentuk investasi Sumber Daya Manusia (Human Investment). Masalah yang juga dihadapi anak adalah fasilitas. Adanya fasilitas belajar-mengajar yang memadai agar output dapat diperoleh adalah output yang mempunyai kualitas pendidikan yang diinginkan. Ketiga, unsure administrasi hendaknya diubah menuju administration dalam arti to serve. Keempat, kelembagaan. Perlu manejemen pendidikan yang kuat, terbuka dan dinamis.
Bupati juga menambahkan, berbagai persoalan yang dihadapi berkaitan dengan pendidikan. Di kabupaten Nagekeo saat ini, masih terdapat banyak masalah yang menjadi factor penghambat proses pendidikan. Masalah yang paling utama adalah keterbatasan tenaga pendidik dan sumber daya yang dimiliki. Namun elemen penting yang sangat mempengaruhi mutu pendidikan adalah guru. Jumlah tenaga guru yang masih sangat terbatas, akan menjadi kendala dalam meningkatkan mutu pendidikan. Sebab peran guru sangat penting dalam hal pengajaran. Guru yang professional harus didukung dengan sarana prasarana yang memadai. Sebab fasilitas yang diharapkan adalah mampu membantu anak didik dalam menjawabi tuntutan jaman.
Menurut Ketua DPRD Kabupaten Nagekeo, Gaspar Batu Bata, mengatakan, berkaitan dengan kebijakan anggaran untuk kepentingan pendidikan lembaga DPRD sangat mendukung. “Lembaga DPRD terus berupaya untuk mendukung sector pendidikan dari tahun ke tahun, baik dalam bentuk sarana dan prasarana maupun tenaga pendidik, “tegas Ketua DPRD.
Batu Bata mengatakan, Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003, tentang Sistim Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang berdemokratis serta bertanggung jawab.
Maka pendidikan merupakan salah satu hak asasi anak, agar dapat bertumbuh kembang dan siap sebagai person atau pribadi yang bertanggung jawab. Hak anak untuk mengikuti pendidikan merupakan bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat bangsa dan Negara. Anak didik adalah generasi penerus bangsa. Pendidikan masa kini menghendaki adanya sebuah perubahan yang dapat menhasilkan sumber daya manusia yang tangguh, handal dan unggul. Otonomi daerah telah mengatur bahwa pendidikan termasuk salah satu urusan wajib yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah.
Batu Bata juga berharap, agar asas pemerataan dalam pelayanan pendidikan perlu diperhatikan kualitas para pendidik. Lembaga DPRD mendukung sepenuhnya bahwa kesejahteraan sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun perlu dibuka jalur pendidikan non formal melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Kegiatan tersebut perlu didukung oleh tutor yang benar memahami psikologi anak. Pendidikan yang berkualitas apabila didukung dengan guru yang berkualitas, kesejahteraan guru dan kompetensi. Sebab pendidikan merupakan lokomotif yang akan membawa daerah ini dalam perjalanan menuju yang lebih baik. Namun yang terpenting adalah perlu diikuti dengan tindakan, komitmen dan kejujuran untuk berpikir global demi kemajuan pendidikan anak bangsa sehingga lebih cerdas dikemudian hari.
Sedangkan, P. Dr. Philipus Tule, SVD pada seminar tersebut membawakan materi tentang spiritualitas pendidikan di era globalisasi. Pater Philipus melihat saat ini pada level nasional dan local mengalami krisis multi-dimensi, termasuk krisis nilai dan degradasi mutu pendidikan. “Semua orang tahu bahwa system pendidikan nasional kita merupakan system pendidikan yang tidak terlalu memuaskan, dicap sebagai system terjelek,” kata Pater Philipus.
P.Dr. Philipus Tule, SVD, melihat dari prespektif religius Katolik, saat ini cendrung dan sedang memasuki ‘era pendidikan tanpa spiritualitas’ dimana dalam penyelenggaraan pendidikan para agen pendidikan cendrung mengutamakan nilai akademik atau kecerdasan otak atau (intelligent quotient) sambil mengabaikan dimensi emotional quotient (EQ) dan spiritual quotient (SQ) baik itu spiritualitas Katolik, Islam, Hindu maupun agama serta kepercayaan lokal.
Lanjut Pater Philipus, kecerdasan Emosi dan Spiritual (EQ dan SQ), yang sering diidentikkan dengan pendidikan karakter dan hati nurani, sangat menentukan keberhasilan dalam semua aspek kehidupan. Saat ini masalah pendidikan sedang dililit oleh linghkaran setan ‘degradasi mutu pendidikan. “Perguruan Tinggi kita tidak bermutu karena SMA tidak bermutu. SMA tidak bermutu karena SMP tidak bermutu. SMP tidak bermutu karena SD tidak bermutu. SD tidak bermutu karena orang tua tidak bermutu dalam mendidik anak, “jelas Pater singkat.
Pater Philipus juga menambahkan, saat ini cendrung mengabaikan pendidikan karakter dan nilai, termasuk pengabaian spiritualisasi pendidikan, apakah karena globalisasi? Dan telah gagal menumbuh-kembangkan pendidikan karakter dan nilai, baik dilingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Namun saat ini di level nasional telah ada penelitian dan diskusi tentang pendidikan nilai. Outputnya adalah : 1. Model pendidikan nilai dan personalisasi berbasis lingkungan pendidikan formal (sekolah), pendidikan informal (keluarga), dan pendidikan non-formal (masyarakat). 2. Tujuan pendidikan nilai untuk guru, orang tua, dan tokoh masyarakat. 3. Metodologi pengembangan pendidikan nilai yang dapat digunakan guru di lingkungan sekolah, orang tua dalam keluarga, dan tokoh masyarakat dalam masyarakat. 4. Materi atau bahan pengembangan pendidikan nilai sesuai budaya local dan nasional. 5. Sumber dan media untuk pengembangan pendidikan nilai di sekolah, keluarga dan masyarakat. 6. Landasan pendidikan dalam pengembangan pendidikan nilai. 7. Model konseptual pendidikan nilai yang efektif untuk pendidikan dalam lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Sementara itu, Theofilus Woghe, dengan materi seminarnya tentang peran serta masyarakat dalam membangun pendidikan di Nagekeo, mengatakan, bahwa masyarakat dapat berperan maksimal apabila terlebih dahulu memahami grand desain pendidikan Nagekeo. “Masyarakat warga yakni anak-orang tua (kaya dan miskin), lembaga agama dan lembaga adat, masyarakat pasar yakni bisnis, pers dan Polhukum. Bagaimana dapat berperan serta?”Theofilus Woghe bertanya.
Menurutnya, agar dapat berperan maksimal, seluruh komponen dari masyarakat warga dan masyarakat pasar perlu diwadahi dalam Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan. Ada 3 dimensi utama grand desain pendidikan Nagekeo, yakni : pertama, pembuat kebijakan yakni bupati dan DPRD. Kedua, para penyelenggara pendidikan yakni Dinas PPO, Yayasan dan Depag yang menangani kurikulum, ketenagaan, anggaran, asset. Semuanya dijadikan instrumental input di sekolah dan kelas. Ketiga, adalah masyarakat. Masyarakat dibedakan menjadi dua bagian yakni, masyarakat warga dan masyarakat pasar.
Masyarakat warga yang terdiri dari anak, orang tua, agama dan adat. Anak dipandang sebagai Raw Input. Sedangkan masyarakat pasar terutama bisnis, ditambah pers dijadikan environmental input. Intinya pendidikan pada learn and care.
Dan Denny Rahardian, Program Koordinator Plan Indonesia Nagekeo, menyampaikan terima kasih berlimpa kepada pemerintah dan masyarakat Nagekeo yang telah menerima Plan di Kabupaten Nagekeo. Kabupaten Nagekeo merupakan kabupaten ke lima di Provinsi NTT yang merespon dan menerima Plan Indonesia.
Ditulis oleh Antonius Moti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar