Sabtu, 24 September 2011

Membangun Pariwisata NTT Dengan Event Daerah


Foto: Silvester Nusa

Hampir setahun saya berada di Maumere, Kabupaten Sikka. Waktu yang belum terlalu lama bagi saya untuk belajar mengetahui semua hal termasuk pariwisata itu sendiri. Saya hanya bisa mengamatinya melalui pemberitaan media massa. Mengapa? Karena saya belum mendengar ada satu event atau pesta budaya yang kemudian dijadikan sebagai event daerah sebagai media promosi. Event daerah bisa dijadikan sebagai suatu jambore atau expo budaya atau apapun namanya, yang terpenting berbau pariwisata. Dengan adanya jambore atau expo, sebenarnya itu menjadi media di mana masyarakat atau siapa saja mengaktualisasikan diri dan mendayagunakan berbagai potensi seni budaya daerah yang ada dan berkembang dalam masyarakat. Potensi tersebut tumbuh subur dan menyebar merata di seluruh wilayah kabupaten kota dalam bentuk seni tari, seni musik, seni pertunjukan, pesta adat dan berbagai upacara tradisional lainnya. Kesemua potensi tersebut merupakan simbol dan simpul kemasyarakatan sebagai kekuatan dalam pembangunan daerah. Simbol atas sikap masyarakat lokal terhadap hubungannya dengan Sang Pencipta,  lingkungan dan antar masyarakat dan juga simpul kebersamaan yang dibangun atas rasa saling pengertian dan persahabatan dalam hubungan inter dan antar kelompok.

Sebagai masyarakat NTT, kita harus menyadari bahwa peranan kepariwisataan dari tahun ke tahun terasa semakin penting dalam pembangunan secara keseluruhan. Mengapa? Ya, karena industri ini dapat memberikan kontribusi yang semakin signifikan bagi pertumbuhan ekonomi domestik dan bagi peningkatan kesejahteraan rakyat, serta memiliki kemampuan primary mover dan multiplier effects dengan sifatnya yang multi dimensi.

Di samping itu, pariwisata juga merupakan industri yang dapat menyerap tenaga kerja terbesar serta ramah terhadap lingkungan sesuai dengan issue global saat ini yakni pelestarian lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan. Pertumbuhan industri ini hanya dapat tersaingi dengan industri telekomunikasi dan transportasi. Dalam tataran ekonomi global, revolusi ITT (Investmen, Trade and Tourism) akan sangat memberikan pengaruh bagi pengembangan ekonomi wilayah. Revolusi ITT tersebut telah mendorong berbagai negara untuk mengembangkan ketahanan budaya agar dapat bertahan dari terpaan globalisasi serta mengembangkan kepariwisataan sebagai usaha kemajuan perekonomian bangsanya.

Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah salah satu provinsi yang mengembangkan kebudayaan dan pariwisata sebagai salah satu pendukung pilar pembangunan ekonomi rakyat. Kekayaan potensi objek dan daya tarik wisata  sudah tidak diragukan lagi, baik objek wisata alam, budaya maupun minat khusus, yang tersebar hampir di semua wilayah dinilai cukup variatif dan kompetitif. Potensi ini bila dikembangkan dengan baik akan memberikan manfaat ekonomis bagi peningkatan kesejahteraan rakyat.

pengembangan kebudayaan dan kepariwisataan di Provinsi NTT sebagai pendukung pilar pemberdayaan ekonomi rakyat adalah sejalan dengan filosofi dasar pembangunan daerah NTT yang dikumandangkan oleh Drs. Frans Lebu Raya dan Esthon L. Foenay sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur NTT yaitu: ”Sehati Sesuara Membangun NTT Baru”. Dalam spirit filosofis inilah strategi berkelanjutan, peningkatan, percepatan dan pemberdayaan masyarakat digulirkan untuk membangun partisipasi dan kapasitas masyarakat sehingga masyarakat memiliki akses yang cukup luas dalam berbagai kegiatan pembangunan. Di samping spirit filosofis tersebut, dikembangkan pula paradigma Anggaran Untuk Rakyat Menuju Sejahtera (Anggur Merah), yaitu mengembangkan birokrasi pelayanan publik yang cepat dan murah melalui penataan kelembagaan dan kultur untuk mewujudkan anggaran pembangunan yang lebih besar berpihak pada kepentingan rakyat menuju tingkat kesejahteraan yang lebih baik.

Dalam konteks perwujudan paradigma Anggur Merah tersebut di atas, maka sektor-sektor pembangunan yang melibatkan peran masyarakat harus terus didorong demi mewujudkan sikap terlibat aktif dalam pembangunan, serta perasaan memiliki terhadap hasil pembangunan itu sendiri.

            Kendala Utama
Kendala utama dalam upaya pengembangan kebudayaan daerah adalah adanya  pemahaman sempit terhadap arti pentingnya kekbudayaan dalam pembangunan bangsa dan negara. Pemahaman yang sempit tersebut membuat banyak orang memahami bahwa kebudayaan hanya sebagai tari-tarian dan nyanyian, padahal kebudayaan sangat penting sebagai sebagai alat perjuangan untuk mendapat pengakuan kesetaraan dalam pergaulan antar bangsa. Kendala lainya adalah belum nampaknya sinkronitas program kegiatan yang terbangun sebagai upaya untuk selalu sehati sesuara membangun kebudayaan dan kepariwisataan NTT. 

Sektor kebudayaan dan pariwisata juga merupakan suatu koridor netral yang menghubungkan sesama kepentingan manusia yang mau berbuat baik bagi sesama tanpa melihat asal usul serta latar belakang. Karenanya, pembangunan kebudayaan dan pariwisata harus dilaksanakan dengan pendekatan pembangunan yang berbasiskan masyarakat (community based development) sebagai upaya menempatkan kebudayaan dan pariwisata menjadi salah satu penggerak perekonomian masyarakat. Dengan demikian, kebudayaan dan pariwisata dapat memberikan kontribusi yang semakin signifikan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan juga penguatan jati diri bangsa, melalui penanaman serta pelestarian nila budaya bangsa.

        RPJPD Propinsi NTT
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi NTT 2005-2025, aspek kebudayaan merupakan misi pertama dari 7 (tujuh) misi pembangunan daerah yaitu: mewujudkan masyarakat NTT yang bermoral, beretika, berbudaya dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila. Karena itu, pembangunan kebudayaan perlu diarahkan untuk; Pertama, terwujudnya kesadaran masyarakat untuk melestarikan kebudayaan sehingga memiliki ketahanan dalam menghadapi pengaruh budaya yang negatif. Kedua, terwujudnya industri dan karya budaya yang mengacu pada budaya bangsa serta perlindungan hukum individual dan komunal. Ketiga, terwujudnya sikap saling menghargai dan menghormati di antara berbagai  komunitas budaya untuk memperkokoh ikatan kebangsaan.

Pembangunan kepariwsataan dalam strategi pembangunan nasional diarahkan sebagai andalan penghasil devisa. Jumlah devisa ditentukan oleh jumlah kinjungan (foreign tourist), lama tinggal (length of stay) dan jumlah pembelanjaan/pengeluaran wisatawan (expenditures). Dalam RPJMD Provinsi NTT 2008-2013, sektor kepariwsataan dikembangkan guna mendukung agenda pembangunan bidang ekonomi yaitu mengembangkan industri pariwsata berbasis bahari dan kepulauan (coastal tourism). Dari rumusan ini memberikan arahan jelas pembangunan sektor kepariwsataan dalam periode ini harusnya memberikan fokus pada pengembangan kepariwsataan bahari dan kepulauan. Hal ini sejalan dengan perjuangan pemerintah Provinsi NTT, untuk mendapat pengakuan sebagai provinsi kepulauan.

        Pendapatan Daerah
Kita patut bersyukur bahwa di tengah guncangan keamanan dalam negeri yang mengganggu image pariwsata nasional, justeru kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun menunjukan trend postitif. Tahun 2008 kunjungan mancanegara ke NTT berjumlah 80.107 orang dengan lama tinggal 3 hari dan pengeluaran US$ 70,0/hari menghasilkan pembelanjaan sebesar Rp. 180,24 miliard, sedangkan kunjungan wisatawan nusantara sebanyak 143.792 orang menghasilkan pembelanjaan sebesar 43,14 miliard. Dengan demikian maka meningkatnya kunjungan wisatawan ke NTT akan berdampak bagi peningkatan pendapatan masyarakat dan daerah.
       
        Event Budaya Daerah
Jika semasa Gubernur Herman Musakabe ada Expo NTT, di masa Bupati Alor, Ans Takalapeta ada Jambore Pariwisata dan Kerajinan Daerah, serta Expo Alor maka event apa yang dibuat semasa Gubernur Piet A.Tallo dan Gubernur Frans Lebu Raya? Atau event apa yang dibuat para Bupati dan Walikota lainnya? Terkadang pernyataan para calon kepala daerah di lembaran visi dan misinya sangat bagus, tetapi masyarakat menunggu praktek nyata dari janji itu belum terwujud. Apa yang dibuat Pemprop NTT dan Pemda Kabupaten/Kota dengan monumen rumah adat masing-masing di Taman Mini Indonesia Indah? Atau adakah event daerah yang jadwalnya diketahui luas minimal masyarakat masing-masing daerah atau masyarakat NTT? Sampai saat ini belum ada jawaban pasti. Kecuali jadwal Reba di Ngada, Caci di Manggarai, Pasola di Sumba, Etu di Nagekeo, Semana Santa di Flores Timur. Agenda-agenda tahunan ini tanpa disupport oleh Pemprop atau Pemkab pun pasti akan tetap terlaksana karena itu adalah seremoni dari rutinitas masyarakat adat itu sendiri. Lalu, bagaimana dengan Sikka, Lembata, Alor, kabupaten/kota di Timor, Rote Ndao dan Sabu Raijua? Mana event-mu? Kita patut kecewa kalau Expo Alor yang sudah terkenal di mancanegara harus menghilang lantaran egoisme para pemimpin daerahnya yang tidak mau melanjutkannya. Kita juga patut kecewa kalau Lamalera yang terkenal dengan wisata budaya perburuan Ikan Paus setiap tahunnya justru kondisi jalan rayanya tidak diperbaiki atau diaspal oleh pemerintah daerah. Event atau pesta budaya sebenarnya merupakan suatu momentum integrasi beberapa kegiatan antara lain pentas seni budaya, pameran investasi dan rapat koordinasi sinkronisasi program kepariwisataan. Melalui event ini diharapkan bisa terciptanya upaya pelestarian nilai  budaya sekaligus menjadi media promosi keanekaragaman budaya daerah sebagai aset wisata. Kegiatan ini juga diharapkan dapat menjadi pemicu bagi masyarakat untuk mengembangkan dan menanamkan jati diri seni budaya kita dalam menghadapai gerusan budaya modern yang cenderung merusak nilai-nilai tatanan budaya dan jati diri bangsa, sekaligus memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan kepariwisataan yang bermuara pada peningkatan pendapatan masyarakat, karena dengan intensitas kegiatan pariwisata, masyarakat akan mendapat keuntungan dalam perluasan cakrawala seni dan budaya yang kita miliki. Melalui event tersebut pula, akan terjalinnya kontak seni budaya antar indivdu atau kelompok masyarakat. Kontak-kontak seni dan budaya yang menyertai mobilitas penduduk itu akan memperkaya khasanah seni dan budaya masyarakat yang terlibat, sekurang-kurangnya  memberi inspirasi untuk pengembangan pranata sosial budaya dalam masyarakat pendukungnya.

Cita-cita tersebut di atas baru dapat diwujudkan jika  ada pemahaman bersama bahwa upaya pengembangan kebudayaan dan pariwisata ini hanya bisa ditempuh melalui reposisi dan penyusunan strategi perencanaan yang inovatif, efektif, dan efisien melalui  koordinasi yang sinergis antara pemerintah provinsi dengan pemerintah kabupaten/kota, serta stakeholders.
Bertolak dari alur pemikiran ini maka, berbagai aspek penting yang berkaitan dengan pengembangan kepariwisataan mulai dari perencanaan program, strategi pelaksanaan, aplikasi praktis sampai pada evaluasi perlu dilakukan dengan sistem yang koordinatif, terarah, dan efisien guna pencapaian tujuan/sasaran yang mau ditargetkan.

Sehubungan dengan itu dalam rangka optimalisasi pencapaian sasaran dan pemantapan pengembangan kebudayaan dan pariwisata kabupaten/kota se-NTT, maka event budaya diharapkan akan mampu melahirkan suatu unggulan pariwisata daerah. untuk mendorong perubahan sikap tingkah laku yang lebih maju dalam menghadapi kemajuan peradaban manusia serta peningkatan pelayanan yang berkualitas dengan tetap berada dalam koridor sosial budaya indonesia khususnya NTT yang sangat pluralistik tersebut.

Melalui event budaya daerah, Pemda Kabupaten/Kota dan dunia usaha juga bisa menggelar pameran investasi daerah. Dengan cara ini kita semua bisa menyebarluaskan informasi tentang berbagai produk andalan masing-masing daerah. Dengan metode ini, pada saatnya akan dapat manarik minat investor untuk dapat menanamkan modalnya  di NTT. Di samping itu, dengan adanya pameran investasi juga diharapkan adanya sebuah skema kebijakan yang benar-benar berpihak pada masyarakat lokal dan daerah dan menghindari terjadinya capital flight yang berlebihan yang menyebabkan manfaat terbesar hanya dinikmati oleh kelompok kecil di luar daerah. Manfaat lainnya adalah dengan adanya pameran investasi maka bisa mendorong masyarakat lokal untuk melihat berbagai potensi yang dapat dikembangkan pada skala lokal dalam  upaya peningkatan taraf hidupnya sehingga peluang dan kesempatan kerja dapat diciptakan sendiri oleh masyarakat dengan dukungan fungsi fasilitasi oleh pemerintah.

        Kebangkitan Kebudayaan NTT
Apapun namanya apakah event budaya, pesta budaya, jambore atau pameran, yang terpenting bagi kita adalah suatu ciri khas pariwisata daerah masing-masing. Jika semua daerah memilikinya maka ini merupakan kesempatan bangkitnya budaya NTT. Momentum awal kebangkitan kebudayaan NTT yang sangat kaya akan keragaman budaya dari masing-masing etnis. Dengan adanya event budaya, seluruh masyarakat di suatu wilayah atau daerah diharapkan bisa lebih mencintai dan mengembangkan produk lokal yang dihasilkan oleh masyarakat. Lewat gerakan cinta pariwisata dan seni budaya (gentania), kita senantiasa memanfaatkan produk andalan kita dalam berbagai aktifitas pemerintahan dan kemasyarakatan yang terjadi seperti: menggunakan pangan lokal dalam berbagai pertemuan, menggunakan pakaian tenunan, interior dan exterior tempat usaha (hotel dan restoran) yang menggunakan produk lokal, menggaungkan lagu daerah dalam berbagai kesempatan terutama pada kendaraan umum, prototype rumah tradisonal dalam design pagar dan gedung perkantoran, serta berbagai kegiatan lainnya yang dapat mendorong pemanfaatan potensi dan kearifan lokal secara maksimal. Dengan cara ini, kita semua yakini bahwa dengan ketulusan dalam berbuat yang terbaik bagi masyarakat, daerah dan bangsa akan menjadikan kita manusia yang kaya arti, manusia yang bermanfaat bagi sesama dengan kerja keras, kerja cerdas dan kerja tuntas. (***)
                 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar